laut


Aku mengenalnya sejak masih sangat dini usiaku. Aku dipertemukan dengannya untuk kali pertama oleh ayah dan ibuku. Hatiku diliputi gembira ketika pertama kali melihatnya, membauinya, menjamahnya, dan mulai mengingatnya. Aku memanggilnya laut.

Aku pun menghabiskan masa pertumbuhanku bersamanya. Kutuliskan kisah-kisah masa remajaku di pasirnya yang lembut dan membiarkannya disapu oleh ombak agar disimpannya kisah-kisah itu. Kuceritakan padanya tentang ujian sekolah yang telah berakhir, tentang persahabatan labil yang meninggalkan banyak kenangan lucu, dan tentang laki-laki yang kepadanya aku jatuh hati.

Cita-cita membawaku meninggalkan laut yang menumbuhkanku bersamanya sejak dari aku sangat kecil itu. Namun, tak sulit ditebak, aku belum bisa hidup tanpanya. Aku mengembalikan laut dengan caraku sendiri ke hidupku yang biasa-biasa saja ini.

Laut, dalam lakon Rara Mendut-nya Romo Mangun, selalu disebut dengan nama agung Samudera Raya. Tempat segala hal dikembalikan kepada alam. Tempat segala hal itu pula tak pernah ditolak. Laut memangku jasad pribadi-pribadi yang abadi dalam kenangan manusia pada masa itu. Pribadi-pribadi yang abadi karena memenangkan harkat kemanusiaannya meski dalam kekalahan.

Hingga kini, ia tetaplah laut yang sama. Tiap kali aku duduk di tepiannya, aku tahu bahwa aku memandang laut yang sama dengan laut yang menumbuhkanku sebab sejatinya semua laut selalu terhubung satu sama lain.

Aku tahu ia masih menyimpan cerita-cerita masa lampauku. Padanyalah aku pulang dan mengadukan kesedihan dan kekalahanku. Padanyalah kuhanyutkan air mata yang rasanya sama asinnya dengan percikan air garamnya. Padanyalah kusorakkan kejayaanku setelah menaklukkan satu lagi tantangan hidup. Padanyalah kuberikan tatapan bahagia lengkap dengan senyum jika telah kubahagiakan seseorang yang kucintai. Padanyalah kutitipkan rindu agar disampaikannya pada ayah, ibu, abang, adik, dan semua hal yang kukasihi.

Laut selalu mendengarkan kebisuanku. Ia menelannya dalam gulungan ombak supaya ringan sedikit perasaanku. Ia menerimanya tanpa satu pun gugatan atau keberatan. Ia menghiburku dengan kenangan-kenangan yang manis agar tak patah di jalan ketekunanku untuk melanjutkan hari.

Laut…padanyalah aku ingin pulang dan mengadu…kini…



11 Maret 2013
00.56




Komentar

Postingan Populer