Huck Tengil
“NOTICE: PERSONS
attempting to find a motive in this narrative will be prosecuted; persons
attempting to find a moral in it will be banished; persons attempting to find a
plot in it will be shot. –BY ORDER OF THE AUTHOR, Per G.G., Chief of Ordnance”
(“CATATAN: SIAPAPUN
yang berusaha mencari motif dalam cerita ini akan dihukum; yang berusaha
mencari pesan moralnya akan dikucilkan; yang berusaha menganalisis alurnya akan
ditembak. -
ATAS PERINTAH PENULIS”)
ATAS PERINTAH PENULIS”)
Gambar diambil dari psychgames.weebly.com |
Berkaitan dengan tulisan ini, semacamnya saya akan
dilaporkan ke meja hukum setelah ini. Tapi apa daya, saya benar-benar ingin
bercerita tentang “narrative” yang
tidak boleh diapa-apakan tersebut meski mungkin cerita saya ini tidak ada
apa-apanya. Saya abaikan sebentar saja larangan keras dari penulisnya itu.
Nah, kalimat-kalimat di atas tercantum di halaman dalam
persis setelah judul di buku The
Adventures of Huckleberry Finn. Satu-satunya alasan saya bersikeras baca
buku ini adalah iri hati saya pada tokoh Huck dengan segala ketengilannya.
Tadinya, ia adalah salah satu tokoh dalam buku tulisan Mark Twain lainnya
berjudul The Adventures of Tom Sawyer
di mana Huck ialah seorang kamerad setia Tom Sawyer. Seingat saya, buku itu
sudah pernah saya baca dan sejak saat itu saya penasaran pada tokoh Huckleberry
Finn. Seorang individu yang jadi idaman saya.
The Adventures of
Huckleberry Finn tentunya berisi rangkaian petualangan Huck (Tom Sawyer tetap
muncul di bagian awal dan menjelang akhir buku) sendiri. Hal yang membuat saya
gemas pada Huck adalah ketidak khawatirannya pada banyak hal. Di beberapa
kesempatan tentunya ia tetap merasa was-was mengingat ia membawa lari seorang
budak kulit hitam yang dulunya bekerja di rumah bibinya, Jim, tanpa
sepengetahuan siapa pun. Akan tetapi, semua hal yang terjadi di sungai yang dia
arungi, di rumah kosong yang ia temukan, di hutan tempat perang saudara
antarkampung, di mana pun, ia jalani begitu saja. Ia seakan-akan tidak khawatir
besok makan apa atau jika terjadi badai mereka akan selamat atau tidak. Catat
kata saya, ‘seakan-akan’.
Huck awalnya dirawat oleh salah seorang yang kemudian ia
panggil bibi karena ayahnya, oleh pengadilan, dianggap tidak mampu dan tidak
layak mengurus anak. Oleh bibinya, Huck dibawa ke pertemuan sekolah minggu, tapi
Huck tetap mencuri. Huck diajari tata krama, tapi Huck tetap bikin geng bersama Tom. Kata benak saya, “Ini
bocah merdeka.”
Ada sebuah kalimat Huck (yang sekaligus narator dalam cerita
itu) yang langsung membuat saya tertawa terpingkal-pingkal untuk pertama
kalinya begitu membaca buku ini. Kalimat itu tertera di bagian sangat awal dari
bukunya. Begini bunyinya, “That is just
the way with some people. They get down on a thing when they don’t know nothing
about it” (“Begitulah kebanyakan orang-orang. Mereka sering menganggap
remeh hal-hal yang bahkan mereka tidak tahu sama sekali”). Kalau saya ada di
sisi Huck waktu dia bilang begitu, pasti saya akan menyahut, “Ciieee…”
Huck, oleh lingkungannya, dianggap sebagai bocah mbeling yang tidak habis-habisnya bikin
masalah. Tapi, itu agak terkendali sejak Huck tinggal bersama bibi asuhnya.
Menariknya, Huck bukanlah anak yang bertingkah nakal karena ingin mencari
perhatian (seperti yang banyak dilakukan anak-anak lainnya). Huck tidak butuh
jadi terkenal karena kebebasannya berlari ke sana-ke mari dan lain sebagainya.
Huck hanya tidak betah bertingkah dalam keteraturan. Wajar saja, sebelumnya
Huck hidup dengan dirinya sendiri, sekali waktu dengan ayahnya yang tukang
mabuk itu. Huck melakukan semuanya itu semata-mata untuk bertahan hidup. Untuk
merasa hidup.
Pola itu tergambar jelas ketika Huck dan Tom menjelang akhir
cerita hendak menyelamatkan Jim yang ditawan oleh keluarga Phelps karena diduga
sebagai budak pelarian. Tom Sawyer bersikeras menyusun rencana agar Jim dapat
kabur dari tahanan itu dengan terkenal dan penuh kehormatan. Tom sibuk
memaksakan agar penggalian terowongan menuju dan keluar dari rumah tahanan Jim
tidak dilakukan dengan sekop, melainkan dengan pisau kecil. Itu akan makan
waktu kurang lebih sekian tahun. Biar dramatis, begitu pembelaan Tom. Jim juga
harus menuliskan catatan harian yang kadang pilu namun tetap penuh dengan
semangat pembebasan layaknya tahanan-tahanan lainnya yang terkenal sesudahnya.
Akan tetapi, Huck tidak paham kegunaan semua itu. Satu-satunya hal yang ia
mengerti adalah ia harus menyelamatkan Jim sesegera mungkin karena ia
menyayangi Jim dan Jim tidak bersalah. Ia sudah mencoba protes pada Tom atas
rumitnya teknis pembebasan Jim namun, Tom keras kepala. Huck terbiasa percaya
bahwa Tom Sawyer itu manusia terdidik yang bisa menemukan cara lebih baik dalam
melakukan segala hal. Maka ia manut. Tapi, Tom ingin membuatnya berkesan
sementara Huck hanya ingin Jim kembali. Hanya itu.
Hal lain yang menakjubkan dari diri Huck adalah kefasihannya
berbohong pada siapa pun. Ia jarang sekali gugup dalam mengarang cerita.
Kisah-kisah karangannya mengalir begitu saja ketika ditanyai orang mengenai
dari mana ia berasal, mau apa ia datang ke sana, mengapa ia memegang
benda-benda yang sepertinya bukan miliknya. Huck dengan percaya diri menyusun
kebohongan demi kebohongan. Geli sekali saya membaca cerita-cerita bohong itu.
Jarang sekali ia ketahuan berbohong. Nah, sepertinya kebohongan memang atribut
khusus Huck. Di paragraf pertama ceritanya, ia berkata demikian,
You
don’t know about me, without you have read a book by the name of The
Adventures of Tom Sawyer; but that ain’t
no matter. That book was made by Mr. Mark Twain, and he told the truth, mainly.
There was things which he stretched, but mainly told the truth.
(Kamu pasti tidak kenal aku jika
belum pernah membaca sebuah buku berjudul The
Adventures of Tom Sawyer—Petualangan Tom Sawyer—;
tapi tidak apa-apa. Buku itu ditulis oleh Mark Twain, dan dia bercerita dengan
jujur, yah sebagian besar begitu. Ada
beberapa hal yang memang dia lebih-lebihkan, tapi sebagian besar dia jujur.)
Seakan-akan di buku tentang Huck, Mark Twain lebih banyak
bercerita yang bohong ketimbang yang jujur. Kedekatannya dengan Mark Twain
membuat dia berani bicara bahwa ada banyak hal bohong yang dituliskan oleh Mark
Twain. Hahaha…
Huck, yang pada kebanyakan waktu hidup dengan dirinya
sendiri, adalah pribadi yang realistis. Sesuatu yang ia hadapi selalu adalah
realitas. Ia jarang berlarut-larut dalam imajinasi. Justru dalam
kebohongan-kebohongan yang sering ia ciptakan itu, ia belajar tentang
kejujuran. Huck tahu cukup baik hal-hal yang benar terjadi dan meski berusaha
diubah banyak orang untuk jadi lebih baik tetap saja hal-hal tersebut tidak
berkutik.
“That’s
just they way: a person does a low down thing, and then he don’t want to take
no consequences of it” (“Memang begitu: orang melakukan perbuatan buruk,
lalu mereka tidak mau menerima konsekuensinya”). Nah lho. Huck sudah berhadapan
dengan beragam jenis orang mulai dari keluarga terhormat sampai bajingan
tengik. Ia mengenal manusia-manusia ini dan kecenderungan-kecendungan mereka. Suatu
kali pun ia pernah dengan rendah hati bernarasi, “But that’s always the way; it don’t make no difference whether you do
right or wrong, a person’s conscience ain’t got no sense, and just goes for him
anyway” (“Selalu begitu: tidak ada bedanya bertindak benar atau salah, hati
nurani seseorang itu tidak berpengaruh dalam menilai orang lain, hanya berlaku
buat dirinya sendiri”). Huck jelas tidak teledor, ia memperhatikan
sungguh-sungguh orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Terlepas dari tindakan-tindakan
tengil Huck, ia selalu bisa menimbang sejauh mana ia tega melakukan hal-hal itu
pada orang-orang yang ia temui. Suatu ketika ia dan dua orang penipu yang
menemani perjalanannya tinggal di sebuah rumah bangsawan yang pemiliknya baru
saja meninggal. Dua penipu itu mengaku sebagai saudara si bangsawan (Huck
diberi identitas palsu sebagai pelayan mereka berdua) agar dapat merampok
warisan melimpah. Huck tadinya hanya akan diam saja melihat tindak-tanduk dua
penipu itu namun, pada akhirnya Huck tidak tega dan merasa berhutang budi pada
putri bangsawan itu. Huck akhirnya membeberkan penipuan kedua rekannya dan
mengatur rencana agar uang warisan itu dapat kembali ke tangan pewaris sahnya.
Ia berhasil dan dikenang si gadis putri bangsawan sebagai seorang penyelamat.
Huck selalu membuat saya iri terutama
karena kemerdekaannya sebagai bocah. Dia sudah sangat menarik dengan semua
ketengilannya yang justru amat jujur. Huck tidak pernah cari perhatian. Ia
hanya ingin hidup tenang dengan orang-orang yang bisa menerima dia dan segenap
gaya hidupnya. Ia mencari makan ketika lapar; ia kabur ketika dikejar penjahat;
ia menyelamatkan orang yang tidak bersalah; ia menjaga dirinya dengan baik.
So,
Huck, as I have known you a little bit more, I will not get down on you and
people like you. :)
Komentar
Posting Komentar