Stop Judging Person by His Physical Performance!

tulisan ini aku dedikasikan untuk seorang teman yang mungkin nggak akan pernah membaca posting ini. untuk keamanan, namanya tak akan aku sebutkan.

menilik judulnya, aku pasti akan merasa sangat munafik jika membandingkannya dengan yang terjadi ketika pertama kali aku bertemu dengan temanku ini. seorang laki-laki dengan rambut lurus panjang melebihi bahu yang dibiarkan tergerai, biasanya mengenakan topi lusuh warna merah di atas kepalanya, badannya kurus cungkring seperti junkies, kaos belel kedodoran yang menampakkan ukiran tato bertuliskan kata-kata dalam bahasa latin di bagian dadanya, rokok yang terus mengepul dari mulutnya. seram. aku bahkan tak berani menegurnya saat itu. aku belum pernah punya teman seperti dia. dan aku pun tak pernah berpikir akan berteman dengan dia...

hingga tiba saatnya aku berkutat dalam sebuah kegiatan bersamanya, posisi kami menuntut kami untuk selalu berkomunikasi baik secara langsung maupun tak langsung. dan aku mulai belajar menerima aku harus mampu bekerja sama dengannya, bagaimanapun penampilan dan sifatnya.

bisa dibilang, dia ini agak sedikit mirip atau katakanlah "setipe" dengan seorang temanku waktu SMA dulu. kesamaannya adalah, mereka kerap kali secara tiba-tiba mencurahkan isi hatinya mengenai masalah-masalah pribadinya yang tidak biasanya diceritakan kepada orang sembarangan tanpa aku minta. awalnya memang aku terkejut dihujani cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya, tapi sejenak kurenungkan aku merasa tersanjung. bagaimana tidak? aku adalah orang baru baginya, baru 2 hari kami kenal saat itu dan dia langsung mempercayaiku untuk mendengarkan keluh kesah pribadinya. tak ada hal lain yang bisa kurasakan selain merasa ge-er karena dianggap nyaman untuk diajak bicara. pelan-pelan aku tau, bahwa ia telah mengalami kekecewaan begitu sering dalam hidupnya. aku sungguh bersimpati atas semua kisahnya itu. dia menceritakan bagaimana ibunya kecewa padanya, bagaimana ia memutuskan untuk berhenti minum minuman keras (sungguh ia berhenti!), dan uniknya dia pun menyebutkan pertanyaan mengenai bagaimana jika ia berhenti merokok. hal-hal yang tidak banyak kudengar dari teman-temanku khususnya laki-laki. satu hal yang membuatku berani menuliskan judul di atas adalah kisahnya mengenai perlakuan orang-orang di program studinya. dengan penampilan fisik yang mengidentikkan dirinya dengan preman atau "anak nakal" itu, dia menerima perlakuan sosial yang kurang adil. ia merasa dirinya dikucilkan dan dianggap tidak pantas. kalian tau prodinya apa? Pendidikan Agama Katolik. yah, memang aku pun awalnya tak percaya, tapi memang begitu kenyataannya.
ia mengaku bahwa ibunya yang menyarankan untuk masuk prodi tersebut, meskipun begitu ia masih diberi kesempatan memilih prodi lainnya. tapi, ternyata ia diterima di prodi Pendidikan Agama Katolik, sehingga ia merencanakan untuk pindah prodi tahun ajaran berikutnya. bahkan ia sempat mendiskusikan denganku prodi apa yang akan selanjutnya ia pilih untuk kuliahnya, namun di lubuk hatinya ia malas melanjutkan kuliah. hal inilah yang menjadi alasan mengapa ia sering kali meninggalkan kelas-kelasnya tanpa peduli apakah ia akan lulus atau tidak untuk mata kuliah tersebut.
dari berbagai curahan hatinya itu, aku menangkap sebuah pemahaman bahwa ia sungguh sangat mencintai ibunya. bapaknya telah meninggal beberapa saat yang lalu. kini ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan ibunya. namun, tampaknya niat itu belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. selama satu tahun ajaran yang lalu setelah lulus STM, ia memutuskan untuk menunda masuk kuliah. dia punya band yang cukup ternama di kota ini. dia bermain drum dalam band itu. selama setahun penuh dia mendedikasikan waktunya untuk berkarya bersama band ini sambil mengumpulkan uang dari honor manggung dan rekaman mereka. hebat, aku salut untuk hal itu. dia menyatakan bahwa honornya itu dia tabung untuk meringankan tanggungan masa depannya. pernahkah kalian membayangkan seorang "anak nakal" berpikiran seperti itu?
seiring waktu berjalan, dia terus mencurahiku dengan berbagai cerita mengenai persoalan hidupnya. sering kali kami ngobrol via sms hingga kotak masuk penuh dengan nama kami masing-masing. lama-lama pun aku mengerti, bahwa dia memang tidak seperti kelihatannya. He's not the way he looks like. dia punya sisi dirinya yang lembut dan pengertian, yang dipenuhi kasih sayang untuk orang-orang yang dicintainya dan tak ingin dikewcewakannya. beberapa hari yang lalu, secara tiba-tiba dia mengirimkan sms berbunyi "mengalami kebingungan pikiran dan jiwa". setelah aku tanya lebih lanjut, dia mulai menceritakan apa yang sedang meresahkan hatinya. dan jawabannya adalah dia merasa bersalah karena kuliahnya berantakan sehingga membebani ibunya dan mengkhawatirkan tanggungan2 hidupnya yang lain yang belum bisa dipenuhinya sendiri. sungguh, pernyataannya itu membuatku terharu. aku mampu merasakan betapa ia mencintai ibunya dan ingin berbuat sesuatu untuk merubah keadaan. dia juga bilang dia punya niat untuk berubah tapi, dia belum bisa mengatasi halangan yang merintangi niatnya itu.

yang kuhargai dari dirinya adalah ketulusan hatinya dan keberaniannya untuk mengakuinya pada orang lain bahwa ia merasa kecewa pada apa yang sedang dilakukannya sekarang karena dia anggap belum mampu membahagiakan atau memenuhi harapan orang yang dia kasihi. di balik kerasnya cangkang preman yang dia kenakan, ada sebentuk hati yang lunak di dalam dirinya. banyak orang yang berpenampilan seperti dia menyangkal kepemilikan mereka atas hati yang lembut itu. mereka merasa tidak pantas mempedulikan cengengnya suara hati mereka. namun, temanku ini tidak. dengan tulus dia mengakui bahwa dia membutuhkan semangat dan dukungan untuk memperbaiki keadaan. dan aku yakin, dia akan mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. aku sangat yakin.

keluhannya bahwa kerap kali dia dihina dan dipandang rendah oleh orang-orang hanya karena dia berpenampilan agak di luar batas kewajaran menyadarkanku bahwa tanpa aku sadari, selama ini aku masih sering menilai orang dari penampilan luarnya dan bahkan tidak berusaha mengerti kepribadian orang itu. temanku yang satu ini telah mengubah pola pikirku, dan membuat aku bangga bisa berteman dengannya. karena memang tidak semua orang mau menerimanya sebagai teman. aku berjanji, aku akan membantunya semampuku untuk mewujudkan keinginannya memperbaiki keadaan. I'll try not to judge person by his physical performance...


Semangat, doa, dan dukunganku selalu untukmu teman...
You're gonna make things better =)

Komentar

Postingan Populer