terselamatkan oleh kerinduan

beberapa hari yang lalu, saya mengobrol dengan seorang teman dari angkatan di atas saya. dulu, saya sempat takut padanya karena dia bolak-balik mengomentari apa yang saya lakukan itu salah. namun, pada akhirnya saya menikmati beberapa kali obrolan dengannya. topik obrolan beberapa hari yang lalu itu tidak seperti biasanya. kami ngobrol tentang siapa itu Yesus. pertanyaan pertama darinya cukup membingungkan untuk dijawab. mungkin saya sendiri yang membuatnya membingungkan karena ingin berhati-hati dalam memilih jawaban. hal ini saya lakukan sebagai respon dari pengalaman-pengalaman sebelumnya mengobrol dengannya. pada akhirnya saya menjawab siapa itu Yesus dari perspektif seorang Maria Puspitasari Munthe. dia manggut-manggut mendengarkan jawaban saya. kemudian saya balik bertanya tentang pendapatnya. sebuah jawaban yang menurut saya apik keluar darinya.

"Yesus itu adalah sepenuhnya Tuhan. Justru karena kerendahan hati-Nya-lah, Ia mengambil rupa manusia. Dia itu Cinta. Semua hal tentang-Nya dilakukan dengan Kasih."

kira-kira begitu (nggak sepenuhnya persis).
tanpa sadar, obrolan itu pun berubah menjadi curhat. saya tiba-tiba ingin menceritakan ketakutan dan keraguan yang selama ini saya rasakan. saya tumpahkan semuanya dalam deskripsi singkat yang sampai sejauh ini belum berani saya ceritakan pada orang tua saya sendiri. dia menjawab lagi, "Ketakutan itu wajar, justru ketakutan dan kekhawatiran inilah yang membuat orang bertahan hidup dengan melakukan sesuatu."

ya, saya jadi berefleksi. memang, saya percaya bahwa rasa takut itu sangaaaaaattt manusiawi. yang saya rasakan inilah yang menjadi bagian dari menjadi manusia. oke, setelah paham bahwa itu sangat manusiawi, hal selanjutnya yang meresahkan saya adalah bagaimana saya bertindak mengatasi ketakutan dan kekhawatiran tersebut. ketakutan itu bisa membuat manusia bertahan hidup karena ia menimbulkan rencana dan keinginan untuk bertindak. naah, sekarang saya ingin bertindak. tapi, belum tau apa! sedih sekali rasanya. mungkin tidak sepenuhnya tidak tau, tapi masih menghadapi kendala dalam melaksanakannya. maka kini, saya ingin berusaha untuk benar-benar melakukannya. mungkin memang sulit dan makan waktu, tapi ya inilah jalan yang harus ditempuh untuk menjawab ketakutan dan kekhawatiran dan keraguan itu. saya pun menambahkan dalam obrolan itu bahwa saya benar-benar bersyukur atas pengalaman ini. saya bilang, "Setiap kali hampir tiba pada titik yang merupakan puncak ketakutan, kekhawatiran, dan keraguan itu, sejauh ini saya selalu bisa kembali. Saya bertahan karena terselamatkan oleh kerinduan. Rasa rindu itu ternyata berarti banyak, dan syukurlah saya masih bisa merasa rindu." semoga usaha ini diberkati. Amin.

Komentar

Postingan Populer