di sana

Semua tetap di sana
Pohon-pohon tetap di sana
Pasir dan rerumputan tetap di sana
Anak-anak polos tetap di sana
Wangi yang tertiup angin tetap di sana
Daun-daun kering tetap di sana
Orang-orang itu tetap di sana
Mataku tetap di sana
Telingaku tetap di sana
Kenanganku tetap di sana
Di sana
Hanya kau yang tak ada di sana


akhirnya merindukanmu lagi
mungkin memang ku yang harus mengerti…

Komentar

  1. Bila ini dibiarkan sebagai sajak, mungkin akan menarik. Bergantung bagaimana kita menyikapinya. Ingin tulisan ini jadi sajak, maka jadilah.
    Oke, biar aku sebut ini sajak saja.

    catatanku, soal sajak ini, sajak laci yang menarik. catatan yang tak untuk siapapun namun kerap mewakili siapapun. sebab setiap orang kerap mengalami hal sama, bahkan membaca sajak ini seperti menyadarkanku soal dejavu; sebab aku merasa ada dan menjadi bagian sajak ini. dan siapapun juga pasti pernah mengalaminya. seperti sajak karya si jalang: chairil, yang sajak kamarnya menjadi bagian dari sajak setiap mereka yang mulai masuk jenjang SMA. sajak kamar yang disalah artikan dengan sangat manis.
    sajak ini hampir punya potensi menjadi bagian dari kesepian dan rasa kehilangan akan sesuatu.

    penggunaan diksi yang menarik membuat setiap siapa saja yang berususan dengan sajak ini akan merasa nyaman berada di lautan kata ini. juga penggunaan metafor: pohon-pohon, pasir, rerumputan, anak-anak polos, wangi, daun-daun kering, orang-orang, bagian tubuh kita (mata telinga) menjadi satu komposisi yang menarik.
    hanya saja metafor yang disemburkan dan hampir memenuhi sajak ini menjadikannya teramat biasa ketika ledakan akhirnya tidak dipoles lagi dengan apik. menikmati sajak ini membuatku seperti tersandung di akhir perjalanan lantas jatuh. seharusnya ketika aku jatuh, berhenti sejenak menekuri apa yang ada di sekitarku, kau suguhkan pemandangan yang menarik dengan ending yang memikat.

    tapi tak ada yang salah dengan setiap sajak. ini menurutku sih. kadang aku menjadi orang yang paling gagal ketika mencoba menulis sesuatu yang (semoga)dianggap sajak.

    tapi untuk semuanya, aku suka. menarik. menarik.

    kemudian, semacam catatan di akhir, terusterang (kembali menurutku) menjadi pengganggu. sebab, kalau ini dianggap sajak, orang tak akan lagi perduli bagaimana sajak ini lahir, apakah kau mulai merindukan sesuatu, atau, itu urusanmu. Pembaca hanya tau soal paparanmu dan jalinan kata yang sudah kau tata cukup apik. tapi kalau ini catatan, tidak jadi masalah.

    hahahahahaha, maaf, komen ini sedang mabuk. kalau ada salah kata dan penilaian, salah ketik: sepurane wae. hehehehehe

    salam buat si atambua (richi)

    BalasHapus
  2. hahahahahaha......
    kamu tau banyak soal sajak ya mas? asik2...terima kasih ya karena sempat2nya membaca tulisan kayak gini. aku nggak pernah sungguh2 mengerti bentuk tulisan apa pun yang kubuat, aku hanya menumpahkan saja apa yang ada di kepala. terima kasih banyak buat komentarnya. soal endingnya, memang tidak ingin kubuat lebih dramatis, soalnya ak memang nggak mau mendramatisirnya. alasannya lagi, aku tau apa yang hilang itu akan kembali suatu saat nanti, jd ini semestinya tidak begitu menyedihkan. hahaha....

    trus mengenai subjek dan objek sajaknya (Sebut saja ini sajak), aku sepakat denganmu. semua hal bisa direpresentasikan. :)

    satu lagi, mengenai catatan kecil di bawahnya. aku mulai terbiasa menuliskan hal-hal seperti itu untuk jadi pengingat apa yang sedang terjadi atau kupikirkan ketika menulis ini. :) terima kasih, terima kasih, terima kasih :)

    BalasHapus
  3. Sebagai orang sehat yang menjalani hidup, mestinya ada sesuatu yang harus kita percayai. Juga alasan mengapa kita mesti hidup; pengeling bila hidup kita tak percuma.

    Soal aku ngerti sajak. Itu perasaanmu ae. Orang lebih percaya pada paparan GM, Sapardi, Afrizal dll. Ssstttt, aku yo jek belajar. hahahahaha

    Salam buat kakakmu yo.

    BalasHapus
  4. asiiiiiik....hahahahaha
    hahaha, urusan sama GM, Sapardi, dll, itu pilihan to untuk percaya atau tidak. yang jelas, aku menulis karena aku membutuhkannya. haha, penilaiannya yang tergantung pembacanya.

    woke, selamat belajar terus ya.

    kakak? kakakku lanang lho, tur ora ng jogja. kamu pasti salah orang.

    BalasHapus
  5. heeehhhhh ngarang ne anak. wong aku pernah tau foto keluargamu, ada bapak, ibu, richi, veta (digendong bapaknya richi) lha kamu yang paling dekat di gendong richi, pipinya ditempelin lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer