KERITING UNDERCOVER BROTHERHOOD
Inilah balada indah hidup segelintir manusia yang telah membuktikan keakuratan peribahasa “From Zero To Hero”... (emang kita sekarang udah jadi hero?), saya persembahkan dengan segenap hati penggalan-penggalan kisah indah yang saya harap akan membuat anda semua tersenyum dan menghargai eksistensi kami...
Landasan Idiil
Kamu semua pasti ngerti bahwa tiap manusia di dunia ini diciptakan beda-beda dengan keunikan masing-masing. Yang saya tekankan adalah mengenai penampilan fisik. Beribu-ribu ras umat manusia tercipta dengan ciri khasnya masing-masing. Namun, sayangnya nggak semua orang mikir bahwa apa yang kelihatan kurang pada diri seseorang sebetulnya bukan kekurangan tapi, justru kunci keberhasilan.
Saya, Maria Puspitasari Munthe contohnya. Ada bagian dari perjalanan hidup saya yang sampai sekarang masih jadi misteri padahal udah bertahun-tahun berlalu. Waktu saya udah mulai pinter dan bisa ngebedain keadaan suatu benda dengan benda yang lain, saya menyadari sesadar-sadarnya bahwa saya punya rambut keriting. Tulen keriting! Nah, berhubungan dengan fakta ini, saya yang waktu itu mulai menapaki jalan pendidikan di TK mengamat-amati teman-teman saya. Cuma seupil yang rambutnya keriting kayak saya. Tapi, namanya juga anak TK, selama masih sama-sama doyan main ayunan ya tetep aja teman namanya.
Beranjak ke SD, fase sekolah paling ngebosenin yang pernah diciptakan. 6 tahun dihabisin cuma pake seragam merah putih mulu! Jejak-jejak diskriminasi mulai kerasa di tingkat-tingkat kelas 4 ke atas. Temen-temen mulai pada ngerti dandan. Nggak cewek nggak cowok, semuanya mulai gaya-gayaan ke skolah. Nah, berhubung pas jaman saya sekolah di SD ,odel-model tren yang berkembang belum keterlaluan kayak sekarang, jadi mau nggak mau saya merhatiin temen-temen cewek saya yang mulai pada menata diri. Terutama rambut mereka. Rambut!
Sebagian besar dari mereka punya rambut panjang hitam. Saban sekolah, kuncirannya ngalah-ngalahin petasan betawi ramenya. Yang dijalinlah, dikuncir-kuncir aja banyak-banyak, digimbal...(hah, anak SD gimbal?). Pokoknya macem-macemlah! Ibu mereka emang mengagumkan. Di samping ngerjain kerjaan rumah masih sempet aja nguncirin rambut anaknya segitu banyak.
Nah...sebagai anak terkenal di sekolahan (suer deh, emang terkenal kok!), saya merasa ada perllunya bersikap kayak mereka biar nggak dibilang ketinggalan jaman! Maka, dengan bekal memperhatikan model rambut temen-temen, saya pulang dengan riang gembira ke rumah dengan membawa semangat menggebu untuk minta dikuncir sama mama saya buat besok pagi. Sebelum dikuncirin sama mama besok paginya, saya memutuskan untuk bereksperimen dulu. Saya buka pintu lemari yang ditempeli cermin segede badan saya. Ngaca beberapa saat,...ada feeling nggak enak. Tapi, semangat untuk tampil up to date belum surut, nyamber sisir ama segenggam karet...ban!
Dan dimulailah percobaan mengutak-atik gaya rambut. 5 menit...10 menit...15 menit...keringet mulai ngucur...30 menit...
“Aaaaaaaaaakkkhhhhhh..........mamaaaaaa toloooooonnng!!”, saya malh menjerit-jerit lantaran rambut saya yang keriting imut ini kena musibah. Sisir yang muter (eh, nyebutnya apa sih?) atau sisir yang giginya keliling penuh itu nyungsep dengan suksesnya di rambut saya! Niatnya sih bikin rambut saya jadi bergelung indah kayak diblow gitu tapi, hasilnya malah tuh rambut dikuwel-kuwel di sisir dan nggak bisa lepas.
Walhasil, serumah langsung pada heboh. Mama saya datang terus ngomel liat kelakuan saya, sementara itu sodara-sodara saya ngakak girang. Naasnya, rambut indah saya ini nggak bisa diselamatkan. Dengan sangat terpaksa harus dipotong, untungnya nggak banyak. Maka, pupuslah harapan untuk tampil sempurna layaknya teman-teman yang lain. Setelah hari itu, saya menyadari bahwa rambut saya itu keriting sekeriting-keritingnya! Berantakan, megar gila-gilaan, plus nggak bisa dibentuk-bentuk suka-suka hati kayak rambut temen-temen yang lurus.
Sejak kejadian itu, saya belajar hidup dari kenyataan yang pahit itu, bahwa rambut saya nggak sebagus rambut temen-temen. Di sekolah, rambut keriting mulai jadi bahan olok-olok khas anak SD. Untuk alasan ini saya akhirnya sangat menyadari dan memaklumi bagaimana Nelson Mandela rela berjuang mati-matian untuk menghapuskan apartheid. Padahal waktu itu saya nggak tau siapa Nelson Mandela (lha, kok bisa mikir gitu? Biasalah, sok pinter...).
Paradigma masyarakat tentang rambut lurus itu lebih bagus daripada rambut keriting terus menghantui hidup saya. Untung di jaman itu belum ada yang namanya rebonding, kalo ada pasti saya udah ikutan dan nggak akan pernah nulis ini. Maka saya menghabiskan masa SD dengan berpenampilan sama setiap harinya. Yaitu, rambut dijalin rapi atau dikuncir ekor kuda rapi. Pokoknya serapi yang dimungkinkan rambut saya. Sementara itu, temen-temen saya bergaya dari hari ke hari...
Ketika masuk SMP, mata hati saya udah sedikit terbuka. Saya belajar bahwa saya emang keriting dan saya emang pinter! (lho, kok malah sombong?) Jadinya, saya nggak banyak mikirin urusan rambut. Tetap dijalin atau dikuncir tiap harinya. Tapi, yang namanya anak SMP itu lebih lebay daripada anak SD. Mulai pada mikirin yang namanya pacaran. Nah...di tahun pertama di SMP, berpuluh-puluh kakak kelas berusaha macarin anak kelas 1. Satu per satu temen-temen saya pacaran. Saya perhatikan...mereka semua berambut lurus! Sungguh nggak adil! Emang nggak ada gitu yang suka sama yang rambutnya keriting?!
Bagi sebagian orang mungkin apa yang saya pikirin ini nggak penting tapi, buat saya ini amat sangat penting emnyangkut keberlangsungan hidup saya di masa depan! Kalo semua cowok sukanya sama cewek berambut lurus, terus saya nggak bakal punya pacar gitu?? Wah, ini gawat darurat kalo terus berlanjut! Tapi, saya masih sibuk belajar selama di SMP demi mempertahankan image siswa pintar, teladan, baik hati, berbudi luhur, dsb, dsb.... Saya nggak pernah serius untuk memulai perjuangan emansipasi saya. Yang saya tau cuma, orang-orang masih berpikir bahwa rambut lurus lebih bagus daripada rambut keriting. Dan temen saya yang keriting yang berhasil dapet pacar baru 2!! Ya ampun...
Nah, waktu saya masuk SMA, teknologi baru yang kemudian saya haramkan berkembang membabi buta, menjamur dan menyebar secara sporadis, merambah seluruh kasta sosial dari brahmana sampai paria! Eh, brahmana nggak ding...kan nggak punya rambut! Berarti dari ksatria sampai paria. Yaitu, tak lain tak bukan –REBONDING-!! Beribu-ribu umat berduyun-duyun mencoba penemuan baru yang dapat mengubah rambut kriwil menjadi mulus ini. Saya cuma bisa menggelengkan kepala menyaksikan temen-temen senasib saya pada mengadu nasib ke salon. Bukan, bukan mau kerja di sana, tapi mempertaruhkan masa depan rambutnya di ujung catokan!
Mereka yang awalnya sama aja kayak saya (baca: rambutnya megar nggak karu-karuan) jadi pede melenggang keluar dari salon dengan rambut baru yang lurus bak jalan tol Joglo-Semar! (Ih, bohong banget! Jaman dulu Joglo-Semar belon ada!) Uuuh...rambutnya disibak sana-sini, dan olok-olok yang mereka terima pun berkurang. Sementara saya, cuma menyaksikan seraya mohon kekuatan dari Tuhan supaya saya nggak ikut-ikutan. Alasan utama saya nggak mau rebonding adalah takut rambut ciptaan Tuhan yang nempel di kepala saya bertahun-tahun ini rusak gara-gara panasnya catokan. Tapi, seiring waktu berjalan, saya menemukan alasan kuat untuk tetap tidak rebonding...
Di SMA, saya ketemu manusia-manusia sejenis dengan saya yang berprinsip sama kayak saya. Yang tetep setia menjaga rambut orisinil, yang pede dengan keadaan apa adanya, yang berjuang dengan segala cara untuk mengangkat harkat dan derajat dengan cara terhormat! Sebenarnya banya sih, tapi yang kahirnya saya tarik untuk berjuang bersama saya ada empat orang. Semuanya cowok! Jadi, I’m the one and only beautiful creature. Hehehe....
Di sore hari yang rame itu, saya lagi ngejogrok di pinggir lapangan basket sekolah yang dialih fungsikan menjadi lapangan futsal lantaran ada liga futsal gitu. Saya duduk rame-rame ama temen-temen saya nonton pertandingan yang sedang berlangsung. Nah...di lapangan itu ada seorang cowok yang jadi bintang lantaran punya bakat membanggakan dan menjanjikan dalam rangka bermain bola. Namanya Lajun Siado Rio. Saking hebatnya, dia selalu pake nomor punggung 10. Walopun sebenernya mau pake nomor berapa aja nggak ngaruh, cuma biar keren aja. Kesalahan, bukan kebetulan, si top scorer ini rambutnya tercipta keriting sejak lahir.
Tiba-tiba saya nyeletuk dengan girangnya, “Gimana ya kalo satu tim futsal isinya keriting semua?” Lalu, saya mulai menyebutkan satui per satu nama makhluk-makhluk keriting berkelamin cowok yang ada di angkatan saya, “Fhosya, Frizan, Nanda, Lajun, Deja!” Yang namanya Fhosya dan Frizan lagi duduk mengapit saya. Mereka menjawab, “Boleh! Dikau manajernya deh!” Nanda yang saya sebut sebelumnya itu juga sedang bermain di lapangan. Dan dia juga jadi tumpuan harapan SMA tempat kami bersekolah untuk membantu mengharumkan nama sekolah di bidang sepak bola. Padahal, sebenernya mereka nggak perlu berusaha segitunya, soalnya saya udah sering nyemprotin parfum di papan nama sekolahan...(bego!)
Berawal dari facebook baruku...eh, berawal dari obrolan ngalor ngidul ngulon ngetan tersebut di atas, pembicaraan berlanjut menjadi lebih serius. Kami berniat untuk mendirikan sebuah organisasi yang akan mewujudkan mimpi dan harapan kami. Yang akan menjadi tempat bersandar dan penyelamat eksistensi kaum kami. Organisasi yang akan membantu kami menunjukkan pada dunia, bahwa kesempurnaan fisik yang selama ini mereka anggap nomor 18 dan penampilan kami nomor 20 adalah paradigma bodoh yang menggiring mereka pada kehancuran. Hahahahahahahaha...(ketawa musuhnya power rangers!)
Maka, atas nama seluruh umat keriting di dunia, saya nyatakan dengan bangga...dengan resmi saya mendirikan KERITING UNDERCOVER! Lalu, saya ditimpukin sandal, ya iyalah, saya masih di lapangan futsal tadi sambil teriak-teriak! Fhosya dan Frizan menyaksikan dengan penuh haru adegan ini. Air mata mereka berdua menetes sambil kemudian berkata ala banci, “Eke nggak kuaaaat...!!” Dasar nggak nyambung mereka!
Dikarenakan umat keriting itu bejibun jumlahnya, saya memutuskan untuk mendirikan lagi tim pengurus rumah tangganya (duile, seenak jidat aja ngediriin ini itu...). Setelah berpikir sejenak, saya memutuskan untuk mengambil empat orang keriting selain saya yang di mata warga sekolah adalah suri tauladan. Dan pilihan saya jatuh kepada sodara-sodara yang di kemudian hari saya angkat menjadi abang-abang saya di bawah nama KERITING UNDERCOVER BROTHERHOOD. Kami adalah:
1. Frizan Donovan
Lahir: 1 November 1990
Bakat: Nggak jelas
2. Fernanda Pratama
Lahir: 17 Januari 1991
Bakat: Main bola
3. Fhosya Apriando
Lahir: 18 April 1991
Bakat: Mengasah bibir
4. Lajun Siado Rio
Lahir: 6 Juni 1991
Bakat: Main bola
5. Maria Puspitasari Munthe
Lahir: 3 Januari 1992
Bakat: Multi
Maka, berdirilah tim yang digawangi oleh orang-orang berprestasi kayak kami. Kelemahannya cuma satu, prestasi yang kita raih nggak sebanding sama keonaran yang kita buat. Di hari-hari selanjutnya, kita berusaha berprestasi tapi, yang ada malah bikin onar. Acara pelantikan dilaksanakan dengan mandi kembang tujuh rupa, ngidupin dupa di rambut, dan menyanyikan lagu Bunga Citra Lestari, Sunny...lho?! perang emansipasi baru dimulai! Fight till the end!
Di akhir acara pelantikan, kami mengucap sumpah dan menyusun visi misi organisasi. Di tengah ramainya lalu lintas di depan sekolah, kami berteriak dari kantin, (lho?!)
“Sekali Keriting, Tetap Keriting!”
Hiks, sungguh mengharukan. Ibu kantin sampai mengusap air matanya yang jatuh saat mengiris bawang. Sekali keriting, tetap keriting...
Kami, Keriting Undercover Brotherhood menyatakan visi dan misi organisasi kami.
Visi : Meningkatkan harkat dan derajat kaum keriting
Misi : 1. Mensyukuri anugerah Tuhan dalam wujud rambut keriting
2. Berprestasi dan menjadi terkenal demi eksistensi umat keriting
Tujuan : 1. Menyadarkan semua umat keriting bahwa kami istimewa
2. Memusnahkan teknologi rebonding yang telah kami haramkan
Anggota : Semua umat keriting yang rambutnya asli. Tidak direbonding maupun dikeriting. Asli ciptaan Tuhan!
Idola :
1. Riri Riza
2. Mira Lesmana
3. Andy F. Noya
4. Barrack Obama
5. Andrea Hirata
6. Mahatma Gandhi (lho, kan botak?!)
7. Giring Ganesha
8. Ahmad Albar
9. The Cosby
10. Orang tua kita, karena mereka keriting
And the story goes...
sumpah
BalasHapusngakak
hahahhaa......