kiri

Dibuat dengan terburu-buru dan referensi yang sangat sedikit, berhubung saya baru saja membaca bagian prawacana buku Epistemologi Kiri yang ditulis oleh Listiyono Santoso. Kalau mau dibilang tulisan latah, ya mungkin ada benarnya...

Menurut penulis, selama ini masyarakat telah salah kaprah mendefinisikan terminologi "kiri". Begitu mendengar kata ini, impresi yang langsung muncul di kebanyakan pikiran mereka adalah komunisme dan Marxisme-Leninisme. Tidak bisa disalahkan karena memang pengaruh pandangan semacam itu telah menyebarluas dan mendogma orang-orang. Saya pun kerap berpikir yang sama sebelum pada akhirnya membaca tulisan di buku Epistemologi Kiri itu. 'Kiri' yang acap kali dengan begitu saja (baca: langsung) diidentikkan dengan komunis atau paham Marxis itu berkaitan dengan luka sejarah yang begitu membekas di masyarakat Indonesia. Bertahun-tahun selama masa Orde Baru masyarakat dicekoki dengan pandangan bahwa komunisme --dalam hal ini PKI-- 'terbukti' telah melakukan pengkhianatan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menerima tuduhan umum tentang pembunuhan jenderal-jenderal Angkatan Darat pada tahun 1965 (mohon diperbaiki jika kata-kata saya ini tidak tepat). Kebetulan, paham komunisme menggunakan ajaran Marx --seorang pemikir 'kiri'-- sebagai semangat ideologisnya. Dengan demikian, masyarakat menerima mentah-mentah bahwa 'kiri' selalu berarti komunis yang berlabel 'jahat'.

Bagian yang bertajuk Prawacana dalam buku Epistemologi Kiri ini menjelaskan bagaimana sebenarnya terminologi 'kiri' dimaksudkan. 'Kiri' adalah pemikiran yang membaca ulang dan mengkritisi kemapanan (kadang disebut kebenaran) yang selama ini hidup dan menjadi kebenaran mutlak di masyarakat. Tujuan dari pemikiran ini adalah menciptakan kontra-wacana dari kemapanan-kemapanan tersebut supaya tercapai kemajuan ilmu pengetahuan. Mirip dengan konsep dialektika yang diusung beberapa filsuf besar, 'kiri' merupakan bagian dan hasil dari dialektika. Dalam dialektika, ada tiga unsur yang menyertai yaitu negasi, kontradiksi, dan mediasi. Dari wacana yang ada diciptakan negasi (pengingkaran) supaya dialektika itu tercipta.

Maka, pemikiran 'kiri' timbul dari kemapanan-kemapanan yang telah diterima oleh kebanyakan orang sebagai kebenaran. Pengertian ini membuka pandangan bahwa cakupan pemikiran 'kiri' tidak hanya sebatas komunisme dan Marxisme, melainkan semua pemikiran yang mengkritisi kemapanan tersebut. 'Kiri' adalah 'pembacaan ulang pengetahuan dominan secara kritis' --demikian ditulis dalam Prawacana itu--.

Setelah membaca Prawacana ini, saya kemudian menyadari bahwa salah kaprah yang mendarah daging di pemikiran masyarakat mengenai 'kiri' ini semestinya diperbaiki. Tapi, saya mempredikisi (hampir) pasti akan sulit sekali untuk mengubah pandangan ini karena kesalahpahaman ini menimbulkan reaksi antipati terhadap segala hal yang berbau 'kiri'. Masyarakat memilih untuk menghindari bahkan mengkriminalisasi 'kiri' hanya karena dogmatisasi yang dilakukan oleh pemerintahan rezim Orde Baru tentang komunisme. Meskipun tidak banyak (benarkah tidak banyak?) yang mau mempelajari pemikiran 'kiri' ini sebagaimana maksudnya, mudah-mudahan saya tidak lagi ikut-ikutan salah kaprah...Amin.


maaf jika tulisannya nggak mutu, namanya juga tulisan latah. ini cuma usaha untuk membagi pengetahuan baru saya, siapa tahu ada yang iseng baca...
sangat mengharapkan dan terbuka terhadap kritik, terutama koreksi, mengenai tulisan ini...

Komentar

  1. Saya tahunya kiri itu golongan progresif yang menentang kemapanan suatu kekuasaan.
    progresif artinya selalu menuntut perbaikan dari keadaan yang ada.

    BalasHapus
  2. sebenernya bukan menentang ub, kiri melakukan 'pembacaan ulang' terhadap kemapanan supaya tidak menjadi hegemoni kebenaran satu2nya yang tidak tergoyahkan. dialektika inilah yang memang membawa pada perbaikan menuju keadaan yang 'lebih baik' dalam artian memperhatikan beragam sudut pandang...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer