Boy
Aku habis menonton sebuah film. Iya, memang tidak biasanya jam segini aku
melakukan hal begitu. Tadi, dalam perjalanan pulang dari kantor, tiba-tiba saja
terpikir ide untuk beli teh manis hangat terenak se-Asia Tenggara di
angkringannya Om Ramto lalu dibawa pulang untuk diseruput pelan-pelan sambil
menonton film di kamar kos. Ternyata ini ide bagus juga.
Aku memilih acak film dari folder
simpanan filmku. Pilihan jatuh pada sebuah karya berjudul Boy. Aku memilihnya karena durasi filmnya tidak sampai dua jam. Dan
karena posternya bergambar anak laki-laki lucu. Dan karena tulisan judul
filmnya menggunakan font seperti
tulisan tangan anak-anak yang berwarna-warni. Oh, sungguh, sepele amat.
Hmm… aku tidak bisa banyak bercerita soal latar filmnya karena waktu
menulis ini aku masih di dalam kamar kos yang kurang baik menangkap sinyal
untuk internet. Hubungannya apa? Maksudku begini, aku tidak bisa berselancar di
internet untuk mencari tahu informasi lebih tentang filmnya, hahaha.
Kalau disuruh mengomentari film ini dengan satu kata, aku akan bilang, “Aneh.”
Iya, aku tahu tidak ada yang menyuruhku berkomentar, apalagi cuma satu kata.
Mau banyak kata pun boleh, kan ini tulisanku sendiri. Akhirnya, kuakui saja,
satu kata itu tidak cukup. Hahaha. Filmnya aneh tapi, bukan berarti tidak
menyenangkan. Di sebagian besar ceritanya, aku lumayan banyak tertawa. Kuberi
bocoran singkat saja. Film ini bercerita kurang lebih tentang dua orang anak
laki-laki yang tinggal bersama nenek dan banyak sepupu. Suatu hari mereka kedatangan
orang yang mengaku bapaknya. Tenang, memang itu sungguhan bapak mereka. Gaul pula. Sisanya tonton sendiri saja,
nanti aku dimarahi kalau membocorkan lebih banyak.
Hal yang membuatku sangat tertarik adalah salah seorang tokoh anak
laki-laki itu. Bukan si Boy—yang adalah tokoh utama—melainkan
adiknya, Rocky. Tampan kali bocah itu. Hahahahaha. Kalau tidak salah di cerita
itu usianya enam tahun. Rambutnya cokelat lurus berponi. Garis wajahnya manis.
Alisnya jelas akan membuat iri para gadis masa kini yang sedang gandrung
belajar menggambar alis. Ketika ia muncul mengenakan kemeja flanel, duh
Deeeeeek! Hehehe. Lebih dari itu semua, yang paling memikat buatku adalah ia
menggambari makam ibunya. Kijing ibunya itu jadi paling mencolok di antara
jajaran makam lainnya. Dia gaul abis pokoknya! Nama pemerannya sempat kuintip
di credit title: Te Aho
Eketone-Whitu. Jangan tanya dia orang mana, aku belum mencari tahu.
Boy, abangnya Rocky, sangat
mengidolakan Michael Jackson. Pun ia percaya bapaknya itu sedemikian mengagumkan.
Dalam beberapa adegan, bapaknya ditampilkan meniru penampilan Michael Jackson
dengan cukup fasih meski ia sebenarnya lebih mirip Freddy Mercury sebab
kumisnya baplang. Pemeran bapaknya ini ialah sekaligus sutradara dan penulis
naskah film ini. Hehe, jadi ingat pada film Life
is Beautiful yang juga dibintangi oleh sutradaranya sendiri yang bermain
peran sebagai seorang kepala keluarga di zaman Nazi berkuasa. Bapaknya Boy dan
Rocky yang mirip Freddy Mercury ini rada jahat dalam ceritanya. Tapi, secara umum tidak bisa dimungkiri, dia bapak
yang gaul. Hehehe (standar gaulku memang tidak jelas, sudahlah).
Aku bukan penikmat film yang sungguh-sungguh, maka aku tidak pandai
mengomentari film-film yang kutonton. Tapi, bolehkan aku sedikit saja
menyampaikan opini soal film Boy ini.
Apa yang aku lihat dalam film ini adalah kebiasaan manusia untuk berusaha jadi
keren dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap cupu. Sering sekali kita
melakukan hal-hal yang dianggap cool
dan bergaya, tapi lupa menyadari sejatinya apa gunanya hal-hal itu buat kita.
Kita? Aku aja kali. Saking inginnya jadi gaul dan terkenal, jadi lupa bagaimana
bahagianya membereskan rumah bersama adik-adik, memasakkan makan malam mereka,
main benteng bersama teman sekelas, memelihara dan mengajak bicara kambing, …
ya begitulah.
Oh ya, satu lagi. Belajar dari
tokoh bapak dalam film ini, aku diingatkan lagi bahwa bertambahnya usia tidak
serta-merta membuatmu harus jaim sepanjang waktu. Jadi orangtua itu bisa banget
asyik. Masih boleh kok main perang-perangan imajiner bersama anak. Masih boleh
berjoget ala bintang pujaan dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya.
Berbahagialah. Tapi, jangan keterlaluan. Hehehe. Apa pun yang terlalu sudah
jelas tidak baik.
Hmm… begitulah. Semoga sehat dan
bahagia semuanya! Tontonlah film ini kalau memang penasaran. Kalau tidak, ya
yang penting tetap bahagia saja. Hehehe.
P.S. Rocky, you rock!
19.27, sesi film yang tak lazim
Komentar
Posting Komentar