dan semua pun menyayangiku
tadi malam akhirnya aku tidak menangis lagi. telah dua malam sebelumnya ak selalu menghabiskan sejumlah waktu untuk menangisi sesuatu yang bahkan ak tidak tau apa. bodoh memang. tapi entahlah...mungkin orang-orang nggak percaya dengan sesuatu yang terjadi tanpa sebab. namun, kenapa aku menangis begitu hebat dua malam yang lalu masih merupakan misteri bagiku sendiri.
tulisan ini adalah refleksi, apa yang telah menjadikan ak seperti ini...
ak merasa sesuatu terjadi padaku. sesuatu yang belum pernah terjadi di waktu-waktu yang lalu. ak adalah orang yang terobsesi menjadi sandaran dan andalan semua orang. mimpi aneh dan nyaris mustahil. tapi, hal ini menjadi obsesiku karena ak terbiasa dijadikan tempat pelarian teman-temanku ketika mereka bermasalah. dan ternyata aku menikmati peranku itu. kronologisnya selalu sama: mereka mendatangiku dengan wajah suram, duduk sejenak terdiam (optional), mereka memulai percakapan dengan pertanyaan reflektif atau terkadang langsung menuju sasaran yang ditanyakan, kemudian aku akan mendengarkan cerita itu hingga habis (kadang-kadang mengangguk atau mengernyit), setelah selesai mereka akan mengajukan pertanyaan yang berbunyi, "bagaimana?" dan "apa yang harus aku lakukan?". baiklah...sejenak kemudian ak akan mencekoki mereka dengan apa yang ada di kepalaku. selanjutnya, aku akan diberi kabar mengenai perkembangan masalahnya, dan aku akan kembali mendikte langkah-langkah yang harus dilakukan...
maaf, aku bukan mau sombong, sama sekali tidak. tapi kenyataannya, itulah kegiatan yang kuhabiskan sepanjang umur hidupku. mau tak mau ak mencintai pekerjaan itu, sebab pada akhirnya aku akan bisa menerima kabar gembira bahwa masalahnya sudah selesai, atau sekedar mendengar seorang sahabat yang menjadi korban itu berkata, "nggak papa, aku kuat". itu cukup buatku...
aku masih melanjutkan peran itu hingga saat ini. bahkan sekarang aku seakan membuka klinik konsultasi online dan via handphone. memang canggih zaman sekarang...kenapa aku masih mau melakukan ini? karena aku merindukan sahabat-sahabatku yang berada jauh di sana...ak selalu ingin jadi bagian penting dalam hidup mereka. aku ingin jadi hebat di mata mereka, aku egois...
apa yang membuat aku menjadi begitu cengeng akhir-akhir ini adalah sebuah permasalahan menyangkut kepribadian. aku sedang tidak stabil, itu kata seseorang. yah, mungkin semua ini mulai aku jalani sejak kepindahanku dari rumah menuju tempat di mana aku menempuh kuliah. tapi, aku tidak pernah menyadarinya, hingga saat ini aku dihantam di wajah dengan keras akan kenyataan bahwa aku memang sakit...
sindrom jauh dari rumah? sindrom perantauan? tidak, sama sekali tidak. jauh lebih rumit daripada sekedar kerinduan akan kampung halaman (aku kembali sombong).
komentar orang-orang yang menyatakan aku ini sangat dewasa terbukti salah saat ini. ketika aku ditinggalkan oleh orang tuaku di kota ini untuk memulai tugas belajarku, aku tidak sebodoh ini, tidak selemah ini. aku menjalani semuanya begitu baik hingga sebuah kejadian menohok dan mempermalukanku begitu dalam. kejadian yang sebenarnya aku sangat malu untuk menceritakannya, tapi kejujuran dibutuhkan untuk mengerti permasalahan : adikku dibelikan sepeda dan handphone baru oleh mamaku. tok.
bisa bayangkan betapa malunya aku karena ternyata hal super duper biasa ini membuatku menangis setelah menutup telepon dari rumah? sangat malu...bagian terburuk dalam hidupku...
ternyata aku iri pada adikku. iri untuk apa? untuk materi duniawi...I WAS REALLY DUMB! sejak aku kecil, tidak pernah sekalipun aku merasa iri kepada dua saudaraku untuk hal-hal materi. sama sekali tidak pernah. dan sekarang, di usia yang sudah cukup untuk membuatku memiliki KTP, aku merasa iri pada seorang tak bersalah dan tak tau apa-apa. BODOH!
namun, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk pulang ke rumah dalam liburan natalku. tak bisa kukatakan betapa bersyukurnya aku untuk kesempatan itu ketika akhirnya di malam natal aku mengetahui bahwa sahabat-sahabatku di kota ini tak dapat menikmati hangatnya cinta dalam keluarga di hari natal. sungguh, hatiku pedih membayangkan bagaimana mereka harus merayakannya tanpa keluarga. aku tidak akan tahan. kulepaskan rinduku yang menumpuk tinggi dan menyesakkan selama 6 bulan terpisah dengan menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dengan mereka yang akan kembali kutinggalkan sebulan kemudian. dengan hati berat aku kembali berangkat ke kota ini. kota yang menimbulkan dilema besar untukku, aku mencintainya, sekaligus membencinya. dan aku jatuh sakit. mamaku terpaksa datang ke kota ini demi merawatku. aku malu sekaligus bersyukur...
semenjak hari kepulangannya, aku menghabiskan malam-malam dengan berdoa, menitikkan air mata untuk mereka yang aku cintai. orang tuaku, saudaraku, dan sahabat-sahabatku. berangsur membaik dari hari ke hari. aku selalu berusaha menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan sahabat-sahabat lama yang sekaligus dapat mengobati rasa rinduku pada rumah dan keluarga. merekalah keluargaku di sini...
hingga akhirnya peristiwa lain membuatku semakin yakin bahwa aku bertransformasi menjadi bocah ingusan. seorang teman membatalkan janji. dan kemudian aku berpura-pura tegar. namun, ketika handphoneku berbunyi untuk ketiga kalinya, aku yang sedang mengerjakan tumpukan tugasku menjerit marah dan membanting pensilku, padahal itu hanya sms dari teman yang mengucapkan terima kasih. itu semua aku lakukan hanya karena rencanaku tak berjalan baik, padahal aku masih bisa memperbaiki rencana itu di lain waktu. BODOH!
lihatlah, betapa aku mempermalukan diriku dengan bertingkah dan berpikir kekanak-kanakan. aku menuntut semua orang untuk berkorban demi kepentinganku. demi melihat aku melompat kegirangan seraya menjerit gembira pula. aku ingin semua orang menanyakan keadaanku, apakah aku lelah? apakah aku sedih? aku memaksa semua orang meluangkan waktu untukku, menemaniku, mendengarkanku, melayaniku. aku marah ketika aku pikir aku dikecewakan. aku menangis ketika aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.
memalukan...
aku tak lagi kenal siapa diriku saat ini. aku sangat malu dengan keadaan ini. aku tidak pernah mau berubah menjadi anak kecil yang merepotkan dan menyusahkan banyak orang. betapa ironis keadaanku sekarang dengan obsesi idealku...aku sangat hancur menerima kelemahan ini. ya, ini kelemahan. aku merasa telah terlalu lama terkurung dalam tuntutan untuk menjadi dewasa namun, ternyata aku jatuh dalam menapaki jalan itu. ya, aku sedang mendaki tanggaku untuk mencapai kedewasaan yang seharusnya, tapi saat ini sepertinya aku sedang lelah. aku sedang sejenak berhenti di tengah tangga, mengumpulkan kembali tenagaku untuk kembali melangkah. pasti, pasti aku akan kembali melangkah. kapan? tergantung seberapa lelah aku saat ini. semakin lelah aku, semakin lama waktu yang kubutuhkan untuk mengumpulkan tenaga baru.
lalu, aku membutuhkan sesuatu saat ini...aku butuh seseorang. yang tidak akan menertawakanku untuk apa yang kualami ini. yang tidak akan mencekokiku dengan nasihat-nasihat memualkan. yang tidak akan mengatakan, "tenang, hanya sindrom biasa...". yang akan memperlakukan aku layaknya anak kecil yang bersedih. yang mau menerima bahwa memang saat ini aku adalah anak kecil. yang bisa membimbingku untuk jadi dewasa sesegera mungkin. yang hanya mau mendengarkanku...yang mau memberikan bahunya untuk aku menangis. dan yang bersedia memelukku dan menunggu hingga aku tertidur, lalu terbangun masih dalam pelukannya namun telah kembali menjadi diriku seutuhnya.
aku percaya aku bisa. aku percaya aku kuat. aku percaya aku akan bertahan.
karena aku lahir bukan untuk menjadi lemah!
dan hari ini, aku dapat menuliskan (mengakui) segala kelemahan yang tengah menderaku saat ini karena...
aku disayangi. oleh mereka yang ternyata selalu setia tidak hanya di saat aku bahagia, namun terlebih di saat aku menangis menuntut penghiburan, mereka yang menyebut diri mereka "sahabat".
mereka membukakan mataku bahwa aku tak perlu menghadapi semuanya sendirian. aku bisa berbagi rasa sakit ini dengan mereka semua. aku hanya butuh sedikit waktu untuk memperbaiki ini semua. karena aku tau aku dicintai...ya, aku dicintai. dan aku bersyukur untuk itu, sangat bersyukur...
tulisan ini adalah refleksi, apa yang telah menjadikan ak seperti ini...
ak merasa sesuatu terjadi padaku. sesuatu yang belum pernah terjadi di waktu-waktu yang lalu. ak adalah orang yang terobsesi menjadi sandaran dan andalan semua orang. mimpi aneh dan nyaris mustahil. tapi, hal ini menjadi obsesiku karena ak terbiasa dijadikan tempat pelarian teman-temanku ketika mereka bermasalah. dan ternyata aku menikmati peranku itu. kronologisnya selalu sama: mereka mendatangiku dengan wajah suram, duduk sejenak terdiam (optional), mereka memulai percakapan dengan pertanyaan reflektif atau terkadang langsung menuju sasaran yang ditanyakan, kemudian aku akan mendengarkan cerita itu hingga habis (kadang-kadang mengangguk atau mengernyit), setelah selesai mereka akan mengajukan pertanyaan yang berbunyi, "bagaimana?" dan "apa yang harus aku lakukan?". baiklah...sejenak kemudian ak akan mencekoki mereka dengan apa yang ada di kepalaku. selanjutnya, aku akan diberi kabar mengenai perkembangan masalahnya, dan aku akan kembali mendikte langkah-langkah yang harus dilakukan...
maaf, aku bukan mau sombong, sama sekali tidak. tapi kenyataannya, itulah kegiatan yang kuhabiskan sepanjang umur hidupku. mau tak mau ak mencintai pekerjaan itu, sebab pada akhirnya aku akan bisa menerima kabar gembira bahwa masalahnya sudah selesai, atau sekedar mendengar seorang sahabat yang menjadi korban itu berkata, "nggak papa, aku kuat". itu cukup buatku...
aku masih melanjutkan peran itu hingga saat ini. bahkan sekarang aku seakan membuka klinik konsultasi online dan via handphone. memang canggih zaman sekarang...kenapa aku masih mau melakukan ini? karena aku merindukan sahabat-sahabatku yang berada jauh di sana...ak selalu ingin jadi bagian penting dalam hidup mereka. aku ingin jadi hebat di mata mereka, aku egois...
apa yang membuat aku menjadi begitu cengeng akhir-akhir ini adalah sebuah permasalahan menyangkut kepribadian. aku sedang tidak stabil, itu kata seseorang. yah, mungkin semua ini mulai aku jalani sejak kepindahanku dari rumah menuju tempat di mana aku menempuh kuliah. tapi, aku tidak pernah menyadarinya, hingga saat ini aku dihantam di wajah dengan keras akan kenyataan bahwa aku memang sakit...
sindrom jauh dari rumah? sindrom perantauan? tidak, sama sekali tidak. jauh lebih rumit daripada sekedar kerinduan akan kampung halaman (aku kembali sombong).
aku berubah menjadi anak kecil
komentar orang-orang yang menyatakan aku ini sangat dewasa terbukti salah saat ini. ketika aku ditinggalkan oleh orang tuaku di kota ini untuk memulai tugas belajarku, aku tidak sebodoh ini, tidak selemah ini. aku menjalani semuanya begitu baik hingga sebuah kejadian menohok dan mempermalukanku begitu dalam. kejadian yang sebenarnya aku sangat malu untuk menceritakannya, tapi kejujuran dibutuhkan untuk mengerti permasalahan : adikku dibelikan sepeda dan handphone baru oleh mamaku. tok.
bisa bayangkan betapa malunya aku karena ternyata hal super duper biasa ini membuatku menangis setelah menutup telepon dari rumah? sangat malu...bagian terburuk dalam hidupku...
ternyata aku iri pada adikku. iri untuk apa? untuk materi duniawi...I WAS REALLY DUMB! sejak aku kecil, tidak pernah sekalipun aku merasa iri kepada dua saudaraku untuk hal-hal materi. sama sekali tidak pernah. dan sekarang, di usia yang sudah cukup untuk membuatku memiliki KTP, aku merasa iri pada seorang tak bersalah dan tak tau apa-apa. BODOH!
namun, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk pulang ke rumah dalam liburan natalku. tak bisa kukatakan betapa bersyukurnya aku untuk kesempatan itu ketika akhirnya di malam natal aku mengetahui bahwa sahabat-sahabatku di kota ini tak dapat menikmati hangatnya cinta dalam keluarga di hari natal. sungguh, hatiku pedih membayangkan bagaimana mereka harus merayakannya tanpa keluarga. aku tidak akan tahan. kulepaskan rinduku yang menumpuk tinggi dan menyesakkan selama 6 bulan terpisah dengan menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dengan mereka yang akan kembali kutinggalkan sebulan kemudian. dengan hati berat aku kembali berangkat ke kota ini. kota yang menimbulkan dilema besar untukku, aku mencintainya, sekaligus membencinya. dan aku jatuh sakit. mamaku terpaksa datang ke kota ini demi merawatku. aku malu sekaligus bersyukur...
semenjak hari kepulangannya, aku menghabiskan malam-malam dengan berdoa, menitikkan air mata untuk mereka yang aku cintai. orang tuaku, saudaraku, dan sahabat-sahabatku. berangsur membaik dari hari ke hari. aku selalu berusaha menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan sahabat-sahabat lama yang sekaligus dapat mengobati rasa rinduku pada rumah dan keluarga. merekalah keluargaku di sini...
hingga akhirnya peristiwa lain membuatku semakin yakin bahwa aku bertransformasi menjadi bocah ingusan. seorang teman membatalkan janji. dan kemudian aku berpura-pura tegar. namun, ketika handphoneku berbunyi untuk ketiga kalinya, aku yang sedang mengerjakan tumpukan tugasku menjerit marah dan membanting pensilku, padahal itu hanya sms dari teman yang mengucapkan terima kasih. itu semua aku lakukan hanya karena rencanaku tak berjalan baik, padahal aku masih bisa memperbaiki rencana itu di lain waktu. BODOH!
lihatlah, betapa aku mempermalukan diriku dengan bertingkah dan berpikir kekanak-kanakan. aku menuntut semua orang untuk berkorban demi kepentinganku. demi melihat aku melompat kegirangan seraya menjerit gembira pula. aku ingin semua orang menanyakan keadaanku, apakah aku lelah? apakah aku sedih? aku memaksa semua orang meluangkan waktu untukku, menemaniku, mendengarkanku, melayaniku. aku marah ketika aku pikir aku dikecewakan. aku menangis ketika aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.
memalukan...
aku tak lagi kenal siapa diriku saat ini. aku sangat malu dengan keadaan ini. aku tidak pernah mau berubah menjadi anak kecil yang merepotkan dan menyusahkan banyak orang. betapa ironis keadaanku sekarang dengan obsesi idealku...aku sangat hancur menerima kelemahan ini. ya, ini kelemahan. aku merasa telah terlalu lama terkurung dalam tuntutan untuk menjadi dewasa namun, ternyata aku jatuh dalam menapaki jalan itu. ya, aku sedang mendaki tanggaku untuk mencapai kedewasaan yang seharusnya, tapi saat ini sepertinya aku sedang lelah. aku sedang sejenak berhenti di tengah tangga, mengumpulkan kembali tenagaku untuk kembali melangkah. pasti, pasti aku akan kembali melangkah. kapan? tergantung seberapa lelah aku saat ini. semakin lelah aku, semakin lama waktu yang kubutuhkan untuk mengumpulkan tenaga baru.
lalu, aku membutuhkan sesuatu saat ini...aku butuh seseorang. yang tidak akan menertawakanku untuk apa yang kualami ini. yang tidak akan mencekokiku dengan nasihat-nasihat memualkan. yang tidak akan mengatakan, "tenang, hanya sindrom biasa...". yang akan memperlakukan aku layaknya anak kecil yang bersedih. yang mau menerima bahwa memang saat ini aku adalah anak kecil. yang bisa membimbingku untuk jadi dewasa sesegera mungkin. yang hanya mau mendengarkanku...yang mau memberikan bahunya untuk aku menangis. dan yang bersedia memelukku dan menunggu hingga aku tertidur, lalu terbangun masih dalam pelukannya namun telah kembali menjadi diriku seutuhnya.
aku percaya aku bisa. aku percaya aku kuat. aku percaya aku akan bertahan.
karena aku lahir bukan untuk menjadi lemah!
dan hari ini, aku dapat menuliskan (mengakui) segala kelemahan yang tengah menderaku saat ini karena...
aku disayangi. oleh mereka yang ternyata selalu setia tidak hanya di saat aku bahagia, namun terlebih di saat aku menangis menuntut penghiburan, mereka yang menyebut diri mereka "sahabat".
mereka membukakan mataku bahwa aku tak perlu menghadapi semuanya sendirian. aku bisa berbagi rasa sakit ini dengan mereka semua. aku hanya butuh sedikit waktu untuk memperbaiki ini semua. karena aku tau aku dicintai...ya, aku dicintai. dan aku bersyukur untuk itu, sangat bersyukur...
saya,bayuazie yudhistira:
BalasHapussemua org pgn diprhatiin mun.bkn cm mmberi prhatian..
kmu bisa dpet smua itu klo kmu mau crita lbh trbuka sm shbat2 kmu.
tmn slmanya..haha
iya yu...mungkin ak nggak terlalu terbuka sama semua orang, itu sebabnya ak merasa kurang diperhatikan. tapi, sebaliknya...ak nggak mau cerita krn takut dikira aku cari perhatian...
BalasHapusyah, semua butuh waktu untuk belajar...
makasih yak, taman selamanya =)