Rindu Setengah Mati
aku rindu setengah mati kepadamu
namun ku tak ingin kau tau
aku rindu setengah mati...
ini bukan karena ak sedang sok mellow, tapi entah karena apa. ak sendiri juga tidak tau kenapa tiba2 ak merasa seperti ini...
persis sebulan yang lalu ak sedang berada di kampung halamanku, merayakan hari ulang tahunku sambil menontoni anak2 kecil bermain di kolam renang dan ak nyaris menangis karenanya. saat itu ak sedang bersama mama dan adikku. 11 hari berselang, ak berangkat meninggalkan mereka. mencium tangan mama di bandara sebelum lepas landas, menahan air mata yang akan jatuh karena harus kembali meninggalkan rumah. tapi, tugas belajarku baru saja dimulai, tak pantaslah ak merengek dan mengeluhkan betapa jauh jarak yang harus kutempuh. berusaha tak memikirkan berapa lama lagi waktu yang harus berjalan sebekum ak dapat kembali pulang dan bertemu dengan keluarga. setibanya di kota yang juga aku rindukan ini, ak merayakan kedatanganku dengan menemui sejumlah teman lama yang tak seberuntung diriku untuk menikmati liburan yang singkat di kampung halaman. kuceritakan segala hal untuk mengobati rindu mereka. dan ak mulai terbiasa dengan hidupku lagi...
hanya 3 hari berselang, ak jatuh sakit. bukan rasa sakit yang membuatku menangis, tapi keberadaanku yang begitu jauh dari orang yang biasanya mengurusiku di saat sakit. ak merindukan omelan yang selalu kudengar tentang kegiatan yang terlalu banyak, pulang malam, dan jadwal makan yang berantakan setiap kali mengeluh sakit. namun, seketika itu juga -masih dengan nada marah- saran2 untuk segera menelan obat dan merebahkan diri untuk istirahat memenuhi telingaku. ak kembali tenang...namun, kali ini tidak ada lagi ocehan2 marah itu. yang ada hanya nada2 cemas dari teman2 yang bertemu. ak tak puas, sama sekali tak puas...
dengan tenaga seadanya, ak mencoba menahan rasa sakit ketika menjalani kewajiban untuk hadir di kampus. 2 hari bertahan, setiap saat kuhabiskan untuk menekan keinginan menelepon dan menangis mengeluh, menumpahkan semua ketidakpuasan pada orang2 yang sedang berada di rumah yang masih tak tau jika ak begitu sakit dan membutuhkan mereka. ak selalu berpikir bahwa ak tak mau merepotkan dan mencemaskan mereka dalam jarak yang begini jauh. kembali bertahan...tapi ak tak sanggup. akhirnya kuhubungi juga orang yang biasa memarahiku saat sakit itu. dan kudengar lagi nada tingginya, kali ini campuran antara marah dan cemas. selama sehari ak diganggu bunyi telepon genggam yang kemudian menghubungkanku dengan suara bernada tinggi itu lagi. malam itu juga, di tengah derasnya hujan bersama seorang sahabat yang penuh pengorbanan, ak divonis terpaksa menginap di rumah sakit. makin hancur hati ini, karena ternyata usahaku untuk tidak merepotkan keluarga hancur berantakan. dengan jujur kembali kutelepon nada tinggi itu, nadanya berubah. lebih pelan lebih rendah, tapi ak tau nada itu menyimpan kesedihan yang sedang ditutupi. ak hanya menggumamkan maaf dalam hati...
seorang sahabat penuh pengorbanan itu membawa seorang sahabat lain yang akhirnya menungguiku hingga 2 malam. ak begitu mensyukuri kehadiran mereka dalam hidupku. tak pernah kukira ak akan tiba pada situasi di mana mereka akhirnya menunjukkan kasih yang begitu besar yang akan selalu membuatku tak henti mendaraskan doa untuk mereka...entahlah, ak harus selalu menahan keinginanku untuk menangis dan menjerit layaknya anak kecil setiap kali telepon dari orang yang nada bicaranya telah berubah rendah namun makin tak tenang dari hari ke hari itu menyambangi telepon genggamku. selalu kuyakinkan untuk tidak mendatangiku di sini, ak cukup kuat sendiri...
tapi, nyatanya dia tetap datang, dengan segudang pengorbanan dan kepentingan yang ditinggalkan. dengan nada cemas yang akhirnya tak bisa ditutupi. ak sangat hancur, usahaku ternyata gagal total...
kuusahakan untuk sesegera mungkin sembuh. dan puji Tuhan ak sembuh...dari dukungan dan kasih begitu banyak orang yang menakjubkanku...kuhabiskan waktunya yang tersisa di sini dengan mengantarnya ke mana pun, tak peduli badanku menjerit lelah. dan akhirnya ak yang harus ganti mengantarnya pergi. kembali mencium tangannya, kembali menahan tangis, kembali sendiri...kembali sendiri
malam2 berikutnya kuhabiskan untuk mendaraskan doa untuk mereka semua yang kucintai, lalu ak tiba pada sebuah kesadaran. ak belum sembuh. ak masih sakit. karena ak merindukan rumah. merindukan isinya. merindukan kehangatannya. merindukan semuanya. padahal baru saja ak berada di sana merasakan semua yang ak rindukan. tapi, ak tak puas, selalu tak pernah puas. nyaris menggoyahkan niatku untuk melanjutkan ini semua. namun, ak berusaha...ak berusaha untuk tak lagi mengacaukan rencana dan niatku. ak tak mau lagi merepotkan orang2 yang kurindukan. sudah cukup semua yang ak dapatkan.
tapi ini semua masih tak bisa dijelaskan. ak rindu nyaris mati. ak belum pernah merasakan ini. kedewasaan yang mereka tuntut meninggalkanku dalam pribadi seorang anak kecil. yang menginginkan semua hal ada untuknya, miliknya. tapi, tak bisa...yang bisa kulakukan hanya memohon kekuatan, menimba pelajaran dari teman2 seperjuangan. teman2 menakjubkan yang begitu kuat. sahabat2 sekaligus keluargaku di sini. ak sadar ak sangat mencintai mereka. sangat cinta...ak berharap mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan cinta yang sama besar dengan yang mereka punya untukku...
ak rindu, Tuhan...sampaikanlah sejuta rasa rindu ini untuk mereka semua yang selalu membuat air mataku menetes hari2 ini. jagai mereka semua. rencanaku tak kan gagal, karena ada Kau di sisiku...
untuk mereka yang kurindukan, nantikanlah ak untuk selalu pulang ke tengah2 kehangatanmu. ak tetaplah seorang anak kecil di hadapanmu yang selalu mencari tempat untuk pulang dan menangis ke pangkuanmu, merasakan rengkuhan dan mendengarmu menyelesaikan semua persoalan yang membelitku...tapi, ak janji akan berusaha untuk jadi lebih dewasa...untukmu
saat-saat seperti ini
pintu tlah terkunci, lampu tlah mati
ku INGIN PULANG, tuk segera berjumpa...denganmu
waktu-waktu seperti ini
di dalam selimut, harapkan mimpi
bayangan pulang, tuk segera berjumpa...denganmu
ku (tak) ingin kau tau, ku bergetar merindukanmu
hingga pagi menjelang
...
tak ingin terjaga sampai aku pulang -sheila on 7
namun ku tak ingin kau tau
aku rindu setengah mati...
ini bukan karena ak sedang sok mellow, tapi entah karena apa. ak sendiri juga tidak tau kenapa tiba2 ak merasa seperti ini...
persis sebulan yang lalu ak sedang berada di kampung halamanku, merayakan hari ulang tahunku sambil menontoni anak2 kecil bermain di kolam renang dan ak nyaris menangis karenanya. saat itu ak sedang bersama mama dan adikku. 11 hari berselang, ak berangkat meninggalkan mereka. mencium tangan mama di bandara sebelum lepas landas, menahan air mata yang akan jatuh karena harus kembali meninggalkan rumah. tapi, tugas belajarku baru saja dimulai, tak pantaslah ak merengek dan mengeluhkan betapa jauh jarak yang harus kutempuh. berusaha tak memikirkan berapa lama lagi waktu yang harus berjalan sebekum ak dapat kembali pulang dan bertemu dengan keluarga. setibanya di kota yang juga aku rindukan ini, ak merayakan kedatanganku dengan menemui sejumlah teman lama yang tak seberuntung diriku untuk menikmati liburan yang singkat di kampung halaman. kuceritakan segala hal untuk mengobati rindu mereka. dan ak mulai terbiasa dengan hidupku lagi...
hanya 3 hari berselang, ak jatuh sakit. bukan rasa sakit yang membuatku menangis, tapi keberadaanku yang begitu jauh dari orang yang biasanya mengurusiku di saat sakit. ak merindukan omelan yang selalu kudengar tentang kegiatan yang terlalu banyak, pulang malam, dan jadwal makan yang berantakan setiap kali mengeluh sakit. namun, seketika itu juga -masih dengan nada marah- saran2 untuk segera menelan obat dan merebahkan diri untuk istirahat memenuhi telingaku. ak kembali tenang...namun, kali ini tidak ada lagi ocehan2 marah itu. yang ada hanya nada2 cemas dari teman2 yang bertemu. ak tak puas, sama sekali tak puas...
dengan tenaga seadanya, ak mencoba menahan rasa sakit ketika menjalani kewajiban untuk hadir di kampus. 2 hari bertahan, setiap saat kuhabiskan untuk menekan keinginan menelepon dan menangis mengeluh, menumpahkan semua ketidakpuasan pada orang2 yang sedang berada di rumah yang masih tak tau jika ak begitu sakit dan membutuhkan mereka. ak selalu berpikir bahwa ak tak mau merepotkan dan mencemaskan mereka dalam jarak yang begini jauh. kembali bertahan...tapi ak tak sanggup. akhirnya kuhubungi juga orang yang biasa memarahiku saat sakit itu. dan kudengar lagi nada tingginya, kali ini campuran antara marah dan cemas. selama sehari ak diganggu bunyi telepon genggam yang kemudian menghubungkanku dengan suara bernada tinggi itu lagi. malam itu juga, di tengah derasnya hujan bersama seorang sahabat yang penuh pengorbanan, ak divonis terpaksa menginap di rumah sakit. makin hancur hati ini, karena ternyata usahaku untuk tidak merepotkan keluarga hancur berantakan. dengan jujur kembali kutelepon nada tinggi itu, nadanya berubah. lebih pelan lebih rendah, tapi ak tau nada itu menyimpan kesedihan yang sedang ditutupi. ak hanya menggumamkan maaf dalam hati...
seorang sahabat penuh pengorbanan itu membawa seorang sahabat lain yang akhirnya menungguiku hingga 2 malam. ak begitu mensyukuri kehadiran mereka dalam hidupku. tak pernah kukira ak akan tiba pada situasi di mana mereka akhirnya menunjukkan kasih yang begitu besar yang akan selalu membuatku tak henti mendaraskan doa untuk mereka...entahlah, ak harus selalu menahan keinginanku untuk menangis dan menjerit layaknya anak kecil setiap kali telepon dari orang yang nada bicaranya telah berubah rendah namun makin tak tenang dari hari ke hari itu menyambangi telepon genggamku. selalu kuyakinkan untuk tidak mendatangiku di sini, ak cukup kuat sendiri...
tapi, nyatanya dia tetap datang, dengan segudang pengorbanan dan kepentingan yang ditinggalkan. dengan nada cemas yang akhirnya tak bisa ditutupi. ak sangat hancur, usahaku ternyata gagal total...
kuusahakan untuk sesegera mungkin sembuh. dan puji Tuhan ak sembuh...dari dukungan dan kasih begitu banyak orang yang menakjubkanku...kuhabiskan waktunya yang tersisa di sini dengan mengantarnya ke mana pun, tak peduli badanku menjerit lelah. dan akhirnya ak yang harus ganti mengantarnya pergi. kembali mencium tangannya, kembali menahan tangis, kembali sendiri...kembali sendiri
malam2 berikutnya kuhabiskan untuk mendaraskan doa untuk mereka semua yang kucintai, lalu ak tiba pada sebuah kesadaran. ak belum sembuh. ak masih sakit. karena ak merindukan rumah. merindukan isinya. merindukan kehangatannya. merindukan semuanya. padahal baru saja ak berada di sana merasakan semua yang ak rindukan. tapi, ak tak puas, selalu tak pernah puas. nyaris menggoyahkan niatku untuk melanjutkan ini semua. namun, ak berusaha...ak berusaha untuk tak lagi mengacaukan rencana dan niatku. ak tak mau lagi merepotkan orang2 yang kurindukan. sudah cukup semua yang ak dapatkan.
tapi ini semua masih tak bisa dijelaskan. ak rindu nyaris mati. ak belum pernah merasakan ini. kedewasaan yang mereka tuntut meninggalkanku dalam pribadi seorang anak kecil. yang menginginkan semua hal ada untuknya, miliknya. tapi, tak bisa...yang bisa kulakukan hanya memohon kekuatan, menimba pelajaran dari teman2 seperjuangan. teman2 menakjubkan yang begitu kuat. sahabat2 sekaligus keluargaku di sini. ak sadar ak sangat mencintai mereka. sangat cinta...ak berharap mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan cinta yang sama besar dengan yang mereka punya untukku...
ak rindu, Tuhan...sampaikanlah sejuta rasa rindu ini untuk mereka semua yang selalu membuat air mataku menetes hari2 ini. jagai mereka semua. rencanaku tak kan gagal, karena ada Kau di sisiku...
untuk mereka yang kurindukan, nantikanlah ak untuk selalu pulang ke tengah2 kehangatanmu. ak tetaplah seorang anak kecil di hadapanmu yang selalu mencari tempat untuk pulang dan menangis ke pangkuanmu, merasakan rengkuhan dan mendengarmu menyelesaikan semua persoalan yang membelitku...tapi, ak janji akan berusaha untuk jadi lebih dewasa...untukmu
saat-saat seperti ini
pintu tlah terkunci, lampu tlah mati
ku INGIN PULANG, tuk segera berjumpa...denganmu
waktu-waktu seperti ini
di dalam selimut, harapkan mimpi
bayangan pulang, tuk segera berjumpa...denganmu
ku (tak) ingin kau tau, ku bergetar merindukanmu
hingga pagi menjelang
...
tak ingin terjaga sampai aku pulang -sheila on 7
Komentar
Posting Komentar