Surviving Troubles

Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
                                                                                                 Yakobus 1: 2b-4


tak hanya sekedar menyentil, tapi menampar. pahamilah sejenak firman Tuhan yang kutemukan 2 malam yang lalu ini ketika rutinitas sebelum tidur kulakukan agar aku dapat tidur dengan nyenyak dan tanpa rasa bersalah. kutemukan di saat yang sangat tepat, ketika aku merasa hidupku tak lagi membahagiakan hanya karena banyak hal yang tak berjalan seperti mauku. dan aku disadarkan kembali bagaimana Tuhan begitu mencintaiku...

pertanyaannya:
pernahkah kita berhenti sejenak dan berpikir bahwa cobaan yang sedang kita alami haruslah kita syukuri bukan kita keluhkan?

sulit memang, tapi bukan tak mungkin.
sepenggal firman ini memang baru muncul di kehidupanku 2 malam yang lalu. namun, makna serupa sudah pernah aku dapatkan dan hingga kini aku menggenggamnya sebagai tonggak penyokong ketika aku hendak menyeberangi sungai lumpur berarus deras dan aku nyaris terjatuh di tengahnya.
kejadian itu hingga sekarang kukenang dan kuratifikasi menjadi titik balik hidupku. waktu itu aku sedang menghadapi sebuah masalah yang sebenarnya sangat kecil, namun aku menangis. seorang sahabat sekaligus saudara sekaligus keluarga hari itu ikut menangis di hadapanku hanya karena aku tidak mampu mengatakan masalah apa yang aku  hadapi. hebat! kemudian setumpuk kata-kata yang merupakan makna dari sepotong ayat dalam Alkitab yang hingga kini aku pun tidak hafal letaknya di mana meluncur dari mulutnya,  

"kalo kamu merasa masalah yang kamu hadapi itu besar, berarti Tuhan menganggap kamu mampu menghadapi masalah lain yang lebih kecil."

yah, aku sudah mendengar makna itu berkali-kali dalam hidupku. tapi, tak juga aku anggap penting hingga aku mendengarnya dari bibir sahabatku saat dia mengguyurku dengan penghiburan. ya, karena kamu sudah mampu menyelesaikan perkara kecil, maka Ia memberikan perkara yang lebih besar untukmu. artinya apa? levelku naik di mata Tuhan. aku bukan anak kecil lagi bagi-Nya, tapi aku selalu diizinkan untuk menangis dan mengeluh pada-Nya jika aku rasa hal itu sangat berat. bisa bayangkan betapa baiknya Dia? kurang apa coba... lalu, cukupkah? belum memang. sahabat sekaligus saudara sekaligus keluargaku itu mengajarkan aku untuk melihat banyak hal melalui sisi baiknya. bersyukur? jelas. karena levelku naik di mata Tuhan. Dia memberikan perkara yang besar dan tak pernah lupa menambah kekuatan yang aku punya untuk menyelesaikannya. seberapa besar? jangan kau tanya. tak ada tandingannya. Dia memampukan aku untuk bekerja bersama-Nya menghadapi apa yang sering disebut sebagian orang sebagai "cobaan" dan sebagian lagi menyebutnya "anugerah". sekarang, aku sedang berusaha menjadi bagian dari orang-orang yang mampu menyebut hal itu sebagai "anugerah". dan aku tau aku pasti bisa...aku sedang menapaki jalannya...

yah, seperti yang disebutkan di atas, ujian terhadap iman menghasilkan ketekunan yang akan berbuah matang dan membuat kita sempurna. it seems quite impossible. but, I never doubt it. Tuhan memberikan itu semua untuk menempaku menjadi anak yang kuat. jika muncul pertanyaan : mengapa aku yang mengalami hal ini? dengan segera aku dapat menjawabnya, "karena Tuhan tau aku mampu. orang lain belum tentu mampu."
gampang! bukan kesombongan, tapi keyakinan bahwa aku dicintai maka aku diajari-Nya dengan cara seperti itu. jika orang-orang berkomentar bahwa hal itu menyiksa, yah mungkin memang benar...tapi, toh pada akhirnya aku selalu mampu mengatasinya. dan inti dari semuanya adalah belajar menerima rencana Tuhan, bersyukur, dan menjalaninya sepenuh hati. hasilnya tak pernah mengecewakan. yakin!

kutemukan di saat yang sangat tepat, ketika aku merasa hidupku tak lagi membahagiakan hanya karena banyak hal yang tak berjalan seperti mauku. dan aku disadarkan kembali bagaimana Tuhan begitu mencintaiku...
aku hanya perlu menghampirinya, Ia hanya sejauh doa.

pernah dengar sebuah novel berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu? well, aku tak setuju. karena Cintaku selalu tiba tepat pada waktu-Nya...

Komentar

Postingan Populer