inkonsistensi
baru saja kembali aku baca bukti inkonsistensi seorang sahabatku. selalu saja hal ini terjadi dalam kasus sejenis yang ternyata merupakan kelemahan dari banyak orang yang kukenal. satu hal yang kusebutkan ini selalu saja jadi alasan mereka untuk bertindak inkonsisten. dengan bangga dan menggebu-gebu mereka akan datang padaku untuk mengadukan betapa sakit hati mereka dibuat oleh gadis yang mereka puja. di depan wajahku mereka meneriakkan sumpah serapah dan caci maki untuk gadis itu. aku hanya bisa mendengarkan. kemudian aku akan berkata, "hati-hati sama omonganmu, yakin kamu berani berkata begitu?" mereka pun akan dengan mantapnya menjawab, "ya, yakin! aku nggak suka disakitin terus." okelah, aku terima...
tapi, selalu saja begini kejadiannya. beberapa saat setelahnya, entah itu lama atau sebentar, aku akan menemukan bukti bahwa mereka melanggar ucapannya di hadapanku waktu dulu. aku akan mendatangi mereka untuk meminta konfirmasi. tentu saja tidak dengan nada marah, karena aku sungguh mengerti hal itu hanya menghabiskan tenagaku sementara mereka sendiri makin enggan menjawab. kuusahakan nada yang tidak menyindir tapi bermaksud menyindir. selanjutnya mereka akan tersenyum-senyum malu atau pun mengelak sama sekali. jawaban yang keluar selalu saja mengindikasikan adanya penguasaan terhadap diri mereka yang belum bisa mereka atasi. ya, aku tidak mau munafiklah. mungkin aku bisa menuliskan hal-hal ini karena aku belum pernah mengalami berada dalam situasi seperti yang mereka hadapi sekarang. mungkin nanti, aku pun akan bertingkah seperti mereka saat ini. entahlah...tapi, aku harap dengan sadarnya aku akan ketidaksukaan terhadap inkonsistensi ini, aku akan berusaha segenap hati untuk konsisten.
semuanya sudah kumulai dengan tidak lagi menyangkal apa yang terjadi di dalam diriku. aku berusaha sejujur mungkin pada diriku sendiri (meskipun aku masih menutupinya dari orang lain) dengan tujuan menentukan keputusan dan langkah yang tepat. jika keputusan itu tepat, akan lebih mudah bagiku untuk berlaku konsisten. dengan demikian, aku pun berusaha konsisten dengan ketidaksukaanku akan inkonsistensi. entah kenapa, aku sungguh tidak menyukainya, sekalipun dalam kondisi tertentu aku berusaha memakluminya. inkonsistensi mengindikasikan kelemahan bagiku. kelemahan yang merujuk pada kekurangmampuan seseorang untuk melindungi dirinya dari kekuasaan-kekuasaan (biasanya berupa kondisi) pihak lain di luar dirinya yang memaksa mereka untuk melakukan pelanggaran terhadap apa yang telah mereka ucapkan. toh banyak orang juga tidak menyukai inkonsistensi. ada saja pemakluman untuk situasi tertentu yang hingga saat ini pun belum kumengerti cara kerjanya. untuk hal itu memang aku belum berani berkata apa-apa karena segala hal mungkin terjadi di bawah kuasanya (silakan tebak sendiri situasi atau sistem apa ini).
mudah-mudahan tulisan ini pun tidak menjebakku di kemudian hari. akh, aku mau berusaha untuk konsisten, sekuat mungkin. amin.
tapi, selalu saja begini kejadiannya. beberapa saat setelahnya, entah itu lama atau sebentar, aku akan menemukan bukti bahwa mereka melanggar ucapannya di hadapanku waktu dulu. aku akan mendatangi mereka untuk meminta konfirmasi. tentu saja tidak dengan nada marah, karena aku sungguh mengerti hal itu hanya menghabiskan tenagaku sementara mereka sendiri makin enggan menjawab. kuusahakan nada yang tidak menyindir tapi bermaksud menyindir. selanjutnya mereka akan tersenyum-senyum malu atau pun mengelak sama sekali. jawaban yang keluar selalu saja mengindikasikan adanya penguasaan terhadap diri mereka yang belum bisa mereka atasi. ya, aku tidak mau munafiklah. mungkin aku bisa menuliskan hal-hal ini karena aku belum pernah mengalami berada dalam situasi seperti yang mereka hadapi sekarang. mungkin nanti, aku pun akan bertingkah seperti mereka saat ini. entahlah...tapi, aku harap dengan sadarnya aku akan ketidaksukaan terhadap inkonsistensi ini, aku akan berusaha segenap hati untuk konsisten.
semuanya sudah kumulai dengan tidak lagi menyangkal apa yang terjadi di dalam diriku. aku berusaha sejujur mungkin pada diriku sendiri (meskipun aku masih menutupinya dari orang lain) dengan tujuan menentukan keputusan dan langkah yang tepat. jika keputusan itu tepat, akan lebih mudah bagiku untuk berlaku konsisten. dengan demikian, aku pun berusaha konsisten dengan ketidaksukaanku akan inkonsistensi. entah kenapa, aku sungguh tidak menyukainya, sekalipun dalam kondisi tertentu aku berusaha memakluminya. inkonsistensi mengindikasikan kelemahan bagiku. kelemahan yang merujuk pada kekurangmampuan seseorang untuk melindungi dirinya dari kekuasaan-kekuasaan (biasanya berupa kondisi) pihak lain di luar dirinya yang memaksa mereka untuk melakukan pelanggaran terhadap apa yang telah mereka ucapkan. toh banyak orang juga tidak menyukai inkonsistensi. ada saja pemakluman untuk situasi tertentu yang hingga saat ini pun belum kumengerti cara kerjanya. untuk hal itu memang aku belum berani berkata apa-apa karena segala hal mungkin terjadi di bawah kuasanya (silakan tebak sendiri situasi atau sistem apa ini).
mudah-mudahan tulisan ini pun tidak menjebakku di kemudian hari. akh, aku mau berusaha untuk konsisten, sekuat mungkin. amin.
Komentar
Posting Komentar